Ikhlasnya Ulama: Mereka Tidak Pernah Menyebut Dirinya Mujahid

Dalam pandangan para ulama salah satu wujud keikhlasan adalah kesamaan perbuatan seseorang antara lahir dan batin. Imam al Harits Al Muhasibiy mengatakan, "Orang yang jujur ialah orang yang tidak mempedulikan lagi apapun penilaian orang. Semata-mata karena ketulusan hatinya. Ia tidak menyukai sikap orang-orang atau perbuatan baiknya, sekalipun hanya kecil. Sebaliknya ia tidak membenci perhatian orang atas segala kekuarangan dan perbuatannya."

Sementara Abu Qasim Al Qusyairi pernah berkata, "Ikhlas adalah menjadikan satu-satunya tujuan taat ialah allah swt. artinya, bahwa yang diinginkan dengan ketaatannya itu hanya untuk bertaqarrub kepada Allah semata, tidak untuk orang lain, misalnya dipamerkan kepada seseorang, mencari popularitas, atau ingin disanjung-sanjung atau tujuan-tujuan lain selain bertaqarrub kepada Allah Swt."

Model ikhlas seperti yang diungkapkan Abu Qasim itulah yang dilakukan oleh generasi ulama terdahulu. Mereka tidak pernah menyiarkan amal baiknya. Termasuk dalam hal jihad. Mereka tidak berbangga-bangga dengan aktivitas jihad yang mereka lakukan. Apalagi menyebut diri mereka sebagai mujahid. Padahal kehidupannya adalah kehidupan jihad. 

Syaikhul Islam Abdullah bin Mubarak (118-181 H) misalnya, ia adalah seorang ulama besar yang pertama kali menulis tentang jihad. Kehidupannya ia habiskan di perantauan untuk berhaji, berdagang dan berjihad. Hasan bin Rabi' mengomentari jihadnya Abdullah bin Mubarak melalui ceritanya, "Seorang penunggang kuda yang menggunakan tudung pada mulut dan hidungnya melesat keluar dari tentara kaum muslimin, seraya membunuh penunggang kuda dari pihak musuh yang sebelumnya mengguncangkan kaum muslimin. Demi melihatnya, bertakbirlah kaum muslimin. Lalu orang itu masuk kembali ke tengah-tengah gemuruhnya barisan tanpa seorang pun mengetahuinya. Tetapi aku mengikutinya sehingga aku bisa memintanya secara ikhlas untuk membuka tudungnya agar aku dapat mengenalinya. Maka aku katakan, "Mengapa engkau sembunyikan dirimu atas kemenangan besar yang dimudahkan Allah melalui tanganmu?", Beliau menjawab, "Kerana Dia, yang menjadi tujuan perbuatanku, mustahil tidak mengetahuinya."  Subhanallah....
Ibnu Qutaibah Ad-Dainuri (213-276 H), seorang ulama kelahiran Baghdad, penulis kitab Al Imamah wa Siyasah,dalam bukunya berjudul Uyuunul Akbar bercerita tentang  pasukan jihad yang dipimpimpin Masalah bin Abdul Malik. Maslamah sendiri adalah panglima perang paling tangguh di zamannya, hingga Imam Adz Dzahabi pernah mengatakan, "Sesungguhnya Maslamah lebih pantas menjadi Khalifah di antara seluruh saudaranya."

Berkaitan dengan pasukan jihad itu, Ibnu Qutaibah menulis, "Pasukan yang dipimpin Maslamah bin abdul Malik mengepung sebuah benteng pertahanan. Pada dinding benteng terdapat sebuah lobang. Orang-orang saling berebut masuk ke benteng tersebut, tetapi tidak seorangpun dapat melakukannya!. Tiba-tiba muncullah seorang yang tidak dikenal di tengah-tengah pasukan, dan berhasil memasuki lobang tersebut, sehingga atas izin Allah benteng dapat dikuasai kaum muslimin.

Setengah berteriak Masalah memanggil, "siapa yang tadi berhasil memasuki lobang?", Namun tidak seoprangpun yang menghampirinya. Maka Maslamah pun berseru, "Baiklah, aku telah memerintahkan pengawal untuk mengantarkannya kepadaku kapan saja ia datang."

Tiba-tiba datanglah sesorang menghadap pengawal, seraya berkata, "izinkan aku menemui panglima." Pengawal bertanya, "Engkaukah orang yang berhasil masuk lobang?", orang itu menjawab, "Aku akan memberitahukannya."

Segera sang pengawal melaporkannya kepada panglima Maslamah. Panglima pun mengizinkannya masuk. Kemudian orang itu berkata kepada panglima Maslamah, "Sesungguhnya orang yang memasuki lobang itu meminta kalian tiga hal: pertama, jangan kalian  menyanjung-nyanjung namanya -yakni janganlah kalian menyebut-nyebut namanya dalam surat kepada Khalifah. Kedua, janganlah kalian memerintahkan siapapun untuk memberinya hadiah-hadiah, dan yang ketiga, janganlah kalian menanyakan asalnya -yakni dari kabilah mana-.

Maslamah berkata, "Ya, aku kabulkan permintaannya." Kemudian orang itu berkata, "Sayalah orangnya." setelah peristiwa itu Maslaham setiap kali berdoa, tidak ketinggalan mengucapkan, "Ya Allah jadikanlah aku bersama orang yang berhasil memasuki lobang." 

Demikianlah generasi Islam terdahulu mengajarkan kepada kita pelajaran keikhlasan. Wallahu a'lam bis shawwab. 

Penulis : Unknown ~ Sebuah blog yang menyediakan berbagai macam informasi

Artikel Ikhlasnya Ulama: Mereka Tidak Pernah Menyebut Dirinya Mujahid ini dipublish oleh Unknown pada hari Selasa, 13 November 2012. Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar.sudah ada 0 komentar: di postingan Ikhlasnya Ulama: Mereka Tidak Pernah Menyebut Dirinya Mujahid
 

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. PONPES AlBayyan - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger